Minggu, 03 Januari 2016

Monolog

Manusia akan tetap menjadi manusia, dengan segala karakter khasnya. Manusia akan tetap menjadi manusia dengan logikanya. Manusia akan tetap menjadi manusia dengan perasaannya. Logika dan perasaan. Dua hal yang tak bisa lepas dari manusia, di manapun siapapun. Mereka adalah kehendak Yang Kuasa tertanam pada setiap manusia. Tak peduli tua, muda, kaya, miskin, dua hal ini takkan pernah lepas darinya. Logika dan perasaan.

Ada yang bilang bahwa laki-laki tak berperasaan. Ada pula yang mengatakan perempuan tak berlogika. Bagiku sama saja. Tak pandang laki-laki atau perempuan, ia kan memiliki logika dan perasaan. Hanya mungkin kadarnya berbeda. Tak sedikit orang yang tajam berlogika namun pada saat perasaannya tersentuh ia menjadi begitu rapuh. Begitu juga dengan orang yang sangat berperasaan ada kalanya ia bisa berpikir sangat logis di waktu yang lain. Logika dan perasaan, akan selalu ada. Hadir beriringan.

Kembali pada bagaimana mereka dikelola. Kapan ke depankan perasaan, kapan hadirkan logika. Hanya saja, memang tak mudah bicara perasaan. Biasanya akan berkepanjangan, dan akhirnya butuh mencurahkan. Entah bercerita secara lisan, atau ditumpahkan lewat tulisan. Tulisan kadang lebih baik, karena tulisan dapat membebaskan pikiran, dan membiarkan jari menari untuk berceracau itu meringankan.

Begitu pula malam ini. Banyak hal yang ingin ku ceritakan. Lewat sebuah tulisan. Hidupku belum cukup lama, baru 23 tahun, dan entah kehampaan apa yang saat ini sedang menerjang, seperti ada yang hilang. Sesuatu yang hilang sejak lama, yang ia telah terikat takdir dengan diri ini. Seperti kata Letto, Lubang di Hati, atau apalah itu. Tahukah kau ada sesuatu yang hilang? bagaimana rasanya? kosong. Kau hanya akan berpikir bagaimana mendapatkannya kembali, bukan?

Dan tak lama aku merasa menemukan, sesuatu yang telah hilang. Ia terasa begitu dekat, namun cukup pekat untuk terlihat. Ada getar yang menggelegar, ada amuk yang menusuk. "Hey, kau telah menemukannya!", begitu kata sesuatu dalam diri. Benarkah aku telah menemukannya? lalu mengapa ia tak kunjung mendekat? Setelah perjalanan panjang yang begitu melelahkan, mencari untuk menemukan, dan akhirnya ku temukan.

Entah kau adalah sesuatu yang hilang itu atau bukan. Aku hanya perlu sedikit lagi berjuang. Mungkin itu yang kau inginkan bukan?

Sesuatu yang hilang, terikat takdir yang dipertemukan. Tulang rusukku.

Yogyakarta, 3 Januari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar