Minggu, 13 Agustus 2017

Tentang Pilihan dan Kesiapan Kita

Kita seringkali berada dalam situasi seolah tak punya pilihan. Padahal pada hakikatnya, selalu ada pilihan.

Selama ini kita selalu terbiasa menjumpai pilihan dalam hidup. Setelah selesai satu urusan, selalu ada pilihan yang amat banyak untuk melangkah pada zona selanjutnya. Misalnya, setelah lulus SMA kita mempunyai pilihan untuk bekerja, atau kuliah, atau bahkan menikah. Dalam situasi normal kita seringkali menjumpai pilihan yang lebih dari satu. Sehingga kita merasa longgar dan mempunyai banyak kemungkinan yang bisa dianalisis, kemudian memilih yang terbaik bagi kita pada saat itu.

Namun akan tiba situasi yang tidak normal, di mana kita seolah tidak punya pilihan. Seolah hanya ada satu jalan menuju masa depan. Sesungguhnya, selalu ada pilihan. Misalnya, kita memilih untuk tetap maju, atau berhenti. Itu juga pilihan. Untuk tetap belajar, atau berhenti. Itu juga pilihan. Dan selalu ada konsekuensi atas pilihan sikap kita.

Di saat itulah sebenarnya ujian bagi tekad kita. Bahkan ujian bagi mentalitas kita. Selama pilihan itu bukanlah yang berkaitan dengan sesuatu yang memiliki kaidah baku, maka kesiapan mental kita untuk menerima konsekuensi dari setiap pilihan sikap lah yang berperan. Siapkah kita?

Dalam sebuah perjalanan,
Jogja, 13 Agustus 2017