Selasa, 02 Oktober 2012

Pagi ini.....

Berawal dari terbangunkan oleh iqamah yang dikumandangkan oleh sang muadzin, aku melangkah gontai menuju masjid yang tidak berjarak terlalu jauh dari tempatku terbaring sebelumnya..
Tak peduli hawa dingin yang menusuk, apalagi ketika air menyeruak menyentuh kulit yang baru saja mendapatkan kembali indera perasanya setelah dimatikan untuk beberapa jam..
Aku terus berjalan dan kemudian melaksanakan kewajibanku hingga akhirnya salam mengakhiri tertunaikannya kewajibanku subuh hari ini..
Kembali, aku melangkahkan kaki ini menuju tempat peraduanku sebelumnya, tempat di mana ku terlelap bersama beberapa orang sahabatku yang mungkin menantikan kepulanganku dari sini (baca: nebeng), dan aku menemukan, dalam perjalanan itu, sosok bercahaya di langit yang menunjukkan wujudnya, seutuhnya.
Bulan..
Bulan Purnama..
Entah mengapa selalu teringat soundtrack film Soe Hok Gie ketika aku menyaksikan bulan purnama yang bercahaya dengan mata kepalaku sendiri,
"cahaya bulan yang menusukku dengan ribuan pertanyaan yang takkan pernah ku tahu di mana jawaban itu, bagai letusan berapi, bangunkan ku dari mimpi, sudah waktunya berdiri..mencari jawaban kegelisahan hati.."
Itulah sepenggal lirik dari lagu yang selalu terkenang itu.
Pertempuran antara idealisme dengan realitas sosial yang menuntut untuk berpikir pragmatis begitu sengit dan akhirnya hanya membuat orang2 minoritas yang berada di dalam zona idealis semakin tertekan.
Aku tak mau memainkan pola pragmatis itu sekarang, aku tak ingin seperti politisi tua yang kemudian hanya memainkan politik pragmatisnya untuk melanggengkan kekuasaan.
Bukan itu yang ku cari..
Aku hanya ingin belajar menjadi sosok yang idealis, di mana saat ini sosok itulah yang akhirnya akan menjadi penentu kemajuan atau pun kemunduran suatu entitas.
Beberapa kali aku berpikir bahwa ekspektasiku terhadap orang-orang yang aku layak untuk dijadikan contoh terkait hal ini sering kali keliru dan aku hanya menemukan kekecewaan terhadap tokoh2 itu..
Dan akhirnya aku semakin teryakinkan bahwa hanya Muhammad saw. lah sebaik-baik contoh, sebaik-baik teladan..
Beliau adalah sosok yang idealis, sangat idealis menurut saya. Bagaimana Rasulullah memperjuangkan ideologinya, bahkan sampai seringkali mendapatkan ancaman pembunuhan, diboikot, bahkan sampai dikatakan gila.
Sudah terlalu sering beliau mendapatkan ketidaknyamanan dalam memperjuangkan idealismenya, tapi apakah beliau kemudian menyerah??..tidak...
Beliau terus berjuang, bertahan. Di saat mungkin jika aku yang mengalami hal tersebut bisa saja dengan cepat aku katakan "aku sudah lelah, aku kecewa, aku muak," atau pun kata2 lain yang mengarahkan pada keputusasaan. Namun dengan kegigihan Muhammad saw. bahkan dunia pun mampu dirubahnya.
Jika begitu pantaskah kita menyerah ketika hanya dihadapkan oleh permasalahan suka-tidak suka di laboratorium manusia ini??..kita terlalu manja jika berkata aku lelah, dan kita terlalu sombong untuk mengatakan ini hasil dari perjuangan kita sendiri..
Ya, masih ada langit di atas langit..
Tak terasa sinar mentari pagi sudah mulai menyapa, menggantikan cahaya bulan yang kini kembali ke peraduannya, berganti tugas dengan matahari yang seakan terbangun segar dari tidurnya malam ini..dan bulan pun mengakhiri masa rondanya..
Tak terasa pula sudah cukup lama aku duduk termenung di hadapan layar ini, berkontemplasi dengan tulisan yang aku ketik sendiri, mengalir, dan mungkin tanpa konsep..
Aku hanya menemukan bahwa ini adalah waktuku untuk bergerak, dan tidak lagi terjebak dalam persepsi negatif baik itu eksternal maupun internal..
Karena perubahan takkan tercipta tanpa adanya pergerakan, dan diri sendiri adalah lawan pertama yang harus kau taklukkan terlebih dahulu..
Mencontoh Rasulullah untuk memperjuangkan keyakinan ini, idealisme ini..bahwa cepat atau lambat kemenangan itu kan nyata...


Ditekan perut yang keroncongan,
IEC Mujahidin, 06.16 am