Orientasi Studi dan
Pengenalan Kampus (OSPEK) adalah agenda resmi pertama setelah calon mahasiswa
resmi berstatus mahasiswa. Meskipun di beberapa kampus diadakan dengan nama
yang berbeda, tetapi secara substansi apa yang disampaikan ataupun goal dari agenda itu tetap sama;
mengenalkan kampus dan bagaimana hidup di kampus. Biasanya, kegiatan ini akan
diawali di tingkat universitas, kemudian dilanjutkan di tingkat fakultas, dan
akan berakhir pada tingkat jurusan atau prodi. Oleh karena itu, durasi
pelaksanaan OSPEK akan menghabiskan waktu lebih dari satu hari. Bekerja sama
dengan pihak birokrasi dalam beberapa hal, agenda ini tetap diselenggarakan
oleh mahasiswa, yang mana panitianya berasal dari mekanisme seleksi yang
dikawal oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) tingkat universitas untuk panitia
universitas, dan BEM Fakultas untuk di tingkat fakultas. Dalam proses
pelaksanaannya pun, bahkan sampai pasca, BEM masih memiliki tanggung jawab
untuk mengawal proses yang dilakukan panitia.
Secara substansi, OSPEK
bertujuan untuk mengenalkan mahasiswa baru pada kampusnya baik secara fisik
maupun nonfisik, pada kegiatan yang bersifat akademik maupun nonakademik. Bahwa
di dalamnya ada pengenalan terkait dengan lokasi gedung, dan bagaimana cara
berkuliah dan kultur akademik kampus itu menjadi satu hal yang tidak bisa
dipisahkan dari OSPEK dan kehidupan kampus, karena tujuan mahasiswa baru
memasuki jenjang perguruan tinggi adalah untuk menuntut ilmu. Namun, yang harus
dipahami oleh mahasiswa baru adalah bahwa menuntut ilmu itu tidak sesempit
menara gading yang bernama kelas. Berkegiatan di perguruan tinggi tidaklah
sekedar bagaimana bisa mendapatkan IPK setinggi-tingginya dan lulus
secepat-cepatnya, tidak, tidak sesempit itu. Sejarah telah berkata tentang
peran dan kontribusi yang telah diberikan entitas bernama mahasiswa dalam
perjalanan bangsa ini. Sehingga, harus ada pemahaman mendasar terkait identitas
dan karakter seorang mahasiswa yang memiliki berbagai peran dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, agar tidak terjadi missing
link antara generasi mahasiswa di masa lalu dengan di masa kini. Mahasiswa
harus memiliki sensitifitas sosial serta mampu menangkap dan menganalisa
persoalan sehingga dengan landasan idealismenya itu, mereka akan mempunyai
keberanian untuk berbicara lantang di hadapan penguasa, kemudian menjadi
generasi yang menjadi jembatan antara rakyat dan pemerintah. Oleh karena
itulah, agenda yang bersifat pencerdasan dan penanaman idealisme seharusnya
menjadi prioritas nomor wahid untuk ditanamkan pada mahasiswa baru (maba),
terlepas bagaimana kemasan untuk menyampaikan substansi itu.
Mahasiswa diciptakan
untuk memiliki nalar bergerak. Dia akan selalu beredar dalam orbit perkembangan
zaman, setia menjadi entitas yang mengawal dan memastikan setiap perubahan akan
berdampak positif bagi lingkungannya, bagi negaranya. Ketika mereka menjumpai
ada bentuk penyimpangan ataupun persoalan yang bersifat destruktif pada
kehidupan masyarakat, mahasiswa akan menjadi garda terdepan yang menyuarakan
aspirasi rakyat. Untuk itu, di samping penanaman mental berjuang dan
berkontribusi, mental seorang intelektual juga tidak boleh dilupakan oleh
mahasiswa. Tradisi mahasiswa ada tiga, yaitu membaca, menulis, dan berdiskusi. Tiga
hal itu lah yang tidak boleh hilang dan dilupakan dalam berkehidupan sebagai
mahasiswa. Dengan melakukan ketiga hal itu, kualitas intelektualitas mahasiswa
akan semakin terupgrade. Sehingga,
ketika pada akhirnya mahasiswa harus bergerak di lapangan, entah itu dalam
bentuk audiensi ataupun aksi, gerakan itu tidak hanya didasarkan pada sikap
emosional semata, tapi ada hal ideologis ataupun idealisme yang diperjuangkan
dengan landasan yang kuat dan empiris. Pergerakan mahasiswa telah menjadi
sebuah goresan tinta emas dalam peradaban Indonesia, maka sudah menjadi
tanggungjawab sejarah bagi seorang mahasiswa untuk melanjutkan itu.
OSPEK, dan BEM, yang
dipercaya menjadi agenda dan entitas pertama yang ditemui mahasiswa baru di
kampu, memiliki tanggungjawab besar dalam mewujudkan hal-hal tersebut di atas.
Setiap generasi harus mampu melahirkan generasi yang lebih baik dari generasi
sebelumnya. Mahasiswa baru adalah tunas-tunas bangsa yang sedang belajar untuk
tumbuh dan berkembang. Bagaimana karakter yang akan terbentuk pada mahasiswa
baru, itu akan bergantung dari bagaimana panitia OSPEK dan BEM membentuknya. Di
tengah persepsi publik tentang menurunnya kualitas gerakan mahasiswa kini,
panitia OSPEK maupun BEM harus tetap bekerja dengan tulus ikhlas untuk membangkitkan
generasi muda penerus estafet perjuangan, karena tantangan ke depan tidak
semakin ringan, justru semakin berat karena seperti yang Soekarno katakan,
perjuangan kita di masa depan akan lebih berat karena kita akan cenderung
berhadapan dengan orang Indonesia sendiri, terlepas apakah ada intervensi asing
atau tidak di belakangnya, siapa tahu.