Rabu, 27 Agustus 2014

OSPEK dan Bangkitnya Gerakan Mahasiswa


Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK) adalah agenda resmi pertama setelah calon mahasiswa resmi berstatus mahasiswa. Meskipun di beberapa kampus diadakan dengan nama yang berbeda, tetapi secara substansi apa yang disampaikan ataupun goal dari agenda itu tetap sama; mengenalkan kampus dan bagaimana hidup di kampus. Biasanya, kegiatan ini akan diawali di tingkat universitas, kemudian dilanjutkan di tingkat fakultas, dan akan berakhir pada tingkat jurusan atau prodi. Oleh karena itu, durasi pelaksanaan OSPEK akan menghabiskan waktu lebih dari satu hari. Bekerja sama dengan pihak birokrasi dalam beberapa hal, agenda ini tetap diselenggarakan oleh mahasiswa, yang mana panitianya berasal dari mekanisme seleksi yang dikawal oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) tingkat universitas untuk panitia universitas, dan BEM Fakultas untuk di tingkat fakultas. Dalam proses pelaksanaannya pun, bahkan sampai pasca, BEM masih memiliki tanggung jawab untuk mengawal proses yang dilakukan panitia.
Secara substansi, OSPEK bertujuan untuk mengenalkan mahasiswa baru pada kampusnya baik secara fisik maupun nonfisik, pada kegiatan yang bersifat akademik maupun nonakademik. Bahwa di dalamnya ada pengenalan terkait dengan lokasi gedung, dan bagaimana cara berkuliah dan kultur akademik kampus itu menjadi satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari OSPEK dan kehidupan kampus, karena tujuan mahasiswa baru memasuki jenjang perguruan tinggi adalah untuk menuntut ilmu. Namun, yang harus dipahami oleh mahasiswa baru adalah bahwa menuntut ilmu itu tidak sesempit menara gading yang bernama kelas. Berkegiatan di perguruan tinggi tidaklah sekedar bagaimana bisa mendapatkan IPK setinggi-tingginya dan lulus secepat-cepatnya, tidak, tidak sesempit itu. Sejarah telah berkata tentang peran dan kontribusi yang telah diberikan entitas bernama mahasiswa dalam perjalanan bangsa ini. Sehingga, harus ada pemahaman mendasar terkait identitas dan karakter seorang mahasiswa yang memiliki berbagai peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, agar tidak terjadi missing link antara generasi mahasiswa di masa lalu dengan di masa kini. Mahasiswa harus memiliki sensitifitas sosial serta mampu menangkap dan menganalisa persoalan sehingga dengan landasan idealismenya itu, mereka akan mempunyai keberanian untuk berbicara lantang di hadapan penguasa, kemudian menjadi generasi yang menjadi jembatan antara rakyat dan pemerintah. Oleh karena itulah, agenda yang bersifat pencerdasan dan penanaman idealisme seharusnya menjadi prioritas nomor wahid untuk ditanamkan pada mahasiswa baru (maba), terlepas bagaimana kemasan untuk menyampaikan substansi itu.
Mahasiswa diciptakan untuk memiliki nalar bergerak. Dia akan selalu beredar dalam orbit perkembangan zaman, setia menjadi entitas yang mengawal dan memastikan setiap perubahan akan berdampak positif bagi lingkungannya, bagi negaranya. Ketika mereka menjumpai ada bentuk penyimpangan ataupun persoalan yang bersifat destruktif pada kehidupan masyarakat, mahasiswa akan menjadi garda terdepan yang menyuarakan aspirasi rakyat. Untuk itu, di samping penanaman mental berjuang dan berkontribusi, mental seorang intelektual juga tidak boleh dilupakan oleh mahasiswa. Tradisi mahasiswa ada tiga, yaitu membaca, menulis, dan berdiskusi. Tiga hal itu lah yang tidak boleh hilang dan dilupakan dalam berkehidupan sebagai mahasiswa. Dengan melakukan ketiga hal itu, kualitas intelektualitas mahasiswa akan semakin terupgrade. Sehingga, ketika pada akhirnya mahasiswa harus bergerak di lapangan, entah itu dalam bentuk audiensi ataupun aksi, gerakan itu tidak hanya didasarkan pada sikap emosional semata, tapi ada hal ideologis ataupun idealisme yang diperjuangkan dengan landasan yang kuat dan empiris. Pergerakan mahasiswa telah menjadi sebuah goresan tinta emas dalam peradaban Indonesia, maka sudah menjadi tanggungjawab sejarah bagi seorang mahasiswa untuk melanjutkan itu.

OSPEK, dan BEM, yang dipercaya menjadi agenda dan entitas pertama yang ditemui mahasiswa baru di kampu, memiliki tanggungjawab besar dalam mewujudkan hal-hal tersebut di atas. Setiap generasi harus mampu melahirkan generasi yang lebih baik dari generasi sebelumnya. Mahasiswa baru adalah tunas-tunas bangsa yang sedang belajar untuk tumbuh dan berkembang. Bagaimana karakter yang akan terbentuk pada mahasiswa baru, itu akan bergantung dari bagaimana panitia OSPEK dan BEM membentuknya. Di tengah persepsi publik tentang menurunnya kualitas gerakan mahasiswa kini, panitia OSPEK maupun BEM harus tetap bekerja dengan tulus ikhlas untuk membangkitkan generasi muda penerus estafet perjuangan, karena tantangan ke depan tidak semakin ringan, justru semakin berat karena seperti yang Soekarno katakan, perjuangan kita di masa depan akan lebih berat karena kita akan cenderung berhadapan dengan orang Indonesia sendiri, terlepas apakah ada intervensi asing atau tidak di belakangnya, siapa tahu.

Kamis, 07 Agustus 2014

Epilog

Kau tahu tentang lintasan waktu?
Aku tahu, karena begitu berat kala tanpamu
Kau tahu tentang artinya merindu?
Aku tahu, karena begitu hampa tanpa senyumanmu

Kala senja menunjukkan megahnya
Seperti saat itu, di sebuah taman kota
Kota pinggiran, tak seperti yang lainnya
Kita duduk berdua, bercerita tentang kita

Ingatkah kau saat manis itu?
Saat kau menangis di pangkuanku
Kala aku yang bukan siapamu
Menemanimu, ya, menemanimu

Hujan pun pernah jadi saksi kita
Kau dan aku bertahan di bawah rinainya
Sepanjang jalan yang menjadi saksi
Tentang sebuah kisah yang tak pernah mati

Begitu pula taman yang lainnya
Tempat kita terbiasa bersama
Dalam sebuah kisah cinta yang fana

Masihkah engkau mengingatnya?
Waktu aku menggenggam tanganmu, erat
Dan kau melakukan hal yang sama
Kemudian sesungging senyuman sebagai sebuah pertanda

Dan hari ini memori itu kembali
Saat aku kembali menapaki jejak hari-hari
Di sini, di taman ini
Di sini, di sepanjang jalan ini
Kisah kita bertahta abadi

Pinggiran taman kota itu
Jalanan kota tetangga itu
Taman sekitaran gedung perjanjian itu
Ada kisah tentang kau dan aku

Meskipun kini tlah sirna
Maka biarkan lukisan bayangmu yang menerpa
Kembali tentang kisah kita
Dahulu, saat semua masih seperti biasa

Yogyakarta, 7 Agustus 2014

*Sepenggal kisah masa lalu di kota lama, saat jiwa masih terbelenggu dalam cinta dunia. Masa lalu bukan sekedar untuk dilupakan, tapi untuk diambil pelajaran. Biarlah kini kisah itu tlah usang tertinggalkan. Namun doa kan selalu ada dalam setiap langkahku, kamu. Semoga dalam sisa usia kita temukan kebahagiaan, melalui jalan berbeda yang telah kita ambil masing-masing. Tetaplah menjemput takdir bahagia, walaupun di tempat yang berbeda.