Sabtu, 21 Agustus 2021

Menjadi Laki-Laki

 Semakin tua, aku semakin mengerti. Namun di sisi yg lain, semakin dalam aku mempertanyakan.

Mungkin begitulah tabiat usia. Perlahan memberikan jawaban. Pelahan mendewasakan.

Aku sampai pada titik kekaguman yg mendalam pada sosok ayah.

Begitu mendalam.

Sebab kini, dalam kapasitasku sebagai seorang anak, seorang suami, seorang ayah.

Ya, seorang laki-laki.

Bagiku saat ini, menjadi laki-laki mensyaratkan beberapa hal, yang akupun masih harus terus belajar.

Menjadi laki-laki, hatimu harus lebih lapang dari samudra.

Menjadi laki-laki, dirimu harus lebih kuat dari baja.

Menjadi laki-laki, harus tetap tersenyum meski di tengah kepalsuan.

Takdir menjadi laki-laki adalah takdir untuk menjadi kuat

Seberapapun busuknya dunia, takdirmu adalah untuk menelannya dan menikmatinya.

Sebenar apapun kebenaran di tanganmu, takdirmu adalah untuk dipersalahkan.

Terimalah dan hadapilah. Apresiasi bukanlah duniamu.

Duniamu adalah dipersalahkan saat kau benar, dan dipojokkan saat kau salah.

Dan di tengah semua itu, senyum palsumu tidak boleh hilang.

Hidup barangkali memang seperti itu.

Selamat menjadi laki-laki. Selamat mempertanggungjawabkan kehidupan kini dan nanti.