Minggu, 14 Mei 2017

A Man Who Sealed Up His Emotion

"I was smiling in the rain, but in reality ... I was crying" -Soujiro Seta

Setiap orang pasti mengalami sedih dan bahagia. Namun tidak semuanya begitu ekspresif untuk menunjukkan kepada orang di sekitarnya. Atau mungkin karena alasan yang lain, dia memilih untuk menyembunyikan apa yang dia rasakan. Mengunci emosi yang dirasakannya hingga orang lain tak menyadari. Yang dia lakukan hanya berupaya berbagi kebahagiaan dengan orang lain, menunjukkan kepada orang di sekitarnya bahwa ia baik-baik saja. 

Hingga pada suatu hari, dia benar-benar mengunci emosi dalam dirinya. Seolah tak terjadi apapun, seolah dia tidak mengenal rasa sakit, sedih, atau emosi sejenis dari pada itu. Dia hanya memilih untuk terlihat tegar di hadapan orang lain, siapa pun itu. Meski jauh di dalam hatinya dia sadar betul apa yang dia rasakan. Ada tangisan yang tak terelakkan yang tidak mampu dia bagi. Ya, akhirnya bukan tidak mau, tapi menjadi tidak mampu. Dia terbiasa hidup dalam manipulasi, memanipulasi dirinya sendiri.

Bagi kita yang percaya bahwa pilihan sikap merupakan akumulasi dari pengalaman sejarah, kita akan menerka bahwa mereka yang memilih untuk memanipulasi diri dengan mengunci emosi dan membiarkan orang lain melihat topeng yang selalu dia kenakan mempunyai sebuah alasan yang berkaitan dengan masa lalu yang begitu membekas.

Sayangnya kita terlalu sering menilai orang dari apa yang kita lihat saja..

Jogja, 14 Mei 2017