Senin, 12 Juni 2017

Melancholic Rain...

Tentang hujan dan ceritera lainnya. Rintik itu turun dengan sabar, satu dua. Perlahan namun pasti, menghujam bumi, menghadirkan nuansa bagi mereka yang mencintainya. Hujan di bulan Juni, seperti puisi Sapardi. Kehadirannya begitu tabah, menjadi oase bagi sebagian orang yang merindukannya.

Hujan memiliki arti bagi sesiapa yang menjumpainya. Sebagian mencintainya begitu dalam, sementara yang lain membencinya atas alasan tertentu. Aku termasuk orang yang mencintainya. Menikmati teduh hawa yang dibawanya, senandung merdu setiap rintiknya, dan membaui aroma khas yang dihadirkannya. 

Selepas hujan tak selalu hadirkan pelangi. Seringkali ia sisakan mendung yang bergelayut dengan tenang. Setia menjadi pelengkap dari aroma tanah yang menentramkan dan angin dingin yang bertiup menenangkan. Nuansa selepas hujan, aku begitu mencintainya, seperti suasana siang tadi.

Ada rindu yang tak bisa diungkap kala hujan datang. Ada rasa yang sulit didefinisikan saat menikmati suasana selepas hujan. Ia mengingatkan tentang kenangan, masa lalu, yang terlalu indah untuk ditinggalkan. Ia hadirkan nuansa kota, atau desa, yang akan selalu tersimpan rapi dalam setiap detik waktu yang telah tertinggalkan. 

Hujan siang tadi, terimakasih telah membuatku menjadi semelankolik ini. Aku rindu, tak bisa kucegah. Itu saja.

Jogja, 12 Juni 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar