Aku duduk terpaku. Di hadapan layar beku, mematung, menatap pada kekosongan dengan pikiran entah ke mana. Bertujuan sebenarnya. Sebuah berita yang tak pernah terduga, menjadi sebuah kenyataan pahit. Bukan, bukan tentang kisah patah hati atau pun sakit yang ku alami. Tapi tentang orang lain, yang entah mengapa aku merasakan pula perihnya hati.
Hey! Apa sebenarnya yang kau dengar?! Kau tahu tindakan itu salah, kau tahu tentang dosa, dan kau pun tahu tentang batasan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim bukan?!
Bukan, ini bukan kisahku, pun bukan sebab ku patah hati. Hanya saja ada rasa yang menyesakkan ketika kita tahu seorang yang kau hargai telah disakiti dengan cara yang begitu perih. Terlebih dia pun sadar alami. Aku tak mencintai layaknya kisah adam dan hawa, mungkin sekedar peduli.
Lalu bagaimana kisahmu akan berakhir? sementara lelaki, atau lebih layak ku sebut banci, yang tak bertanggungjawab itu telah pergi bersama orang lain tanpa rasa bersalah sama sekali. Ke mana lagi akan kau tuju langkah kaki dengan membawa takdir yang tak bisa kau ubah lagi? sekali lagi, aku hanya peduli. Apa yang sebenarnya kau dengar?
Biarlah waktu kan menghakimi, aku hanya berharap kau sadar dan kembali, pada Tuhanmu, dan bersegera bersibuk diri dengan taubat dan apapun yang kau bisa untuk memperbaiki takdirmu.
Aku tahu itu menyakitkan, bahkan bagiku yang bukan siapamu. Aku hanya peduli, tak lebih.
Yogyakarta, 21 Juli 2016
Yogyakarta, 21 Juli 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar