Jumat, 28 September 2012

Mahasiswa, di mana engkau yang dulu?


Mahasiswa adalah agen perubahan. Kata-kata itulah yang sering terdengar oleh telinga para mahasiswa baru ketika tahun ajaran baru dimulai. Mahasiswa adalah golongan intelektual muda yang sangat diharapkan menjadi penerus bangsa di kemudian hari. Itu pula kalimat yang sering diulang berkali-kali ketika kegiatan OSPEK berlangsung. Doktrinasi yang diharapkan mampu untuk membangun semangat seorang mahasiswa, semangat revolusioner. Namun, siapakah mahasiswa itu?
Dewasa ini, perlahan tapi pasti, semangat kemahasiswaan yang dahulu mampu membuat revolusi kian luntur dari jiwa para intelektual muda itu. Perkembangan zaman dan era globalisasi, dituduh sebagai faktor terbesar penghilang jiwa itu. Kini, pola pikir mahasiswa makin pragmatis. Idealisme seorang mahasiswa sebagai seorang yang senantiasa mengkritisi apa yang terjadi di lingkungan kian mengalami degradasi. Dan parahnya, hal ini bahkan terjadi hampir di seluruh universitas di Indonesia. Apa yang terjadi ketika ada pemilihan dekan yang tidak melibatkan aspirasi mahasiswa sama sekali di Universitas Negeri Yogyakarta adalah salah satu bukti kemunduran dari keberanian mahasiswa, bahkan mereka yang disebut sebagai aktivis hanya terdiam tanpa ada perlawanan apapun. Ketika keberanian untuk mengkritisi birokrasi saja tidak ada, apa lagi mengkritisi kebijakan pemerintah. Kemanakah perginya semangat revolusioner mahasiswa?
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang dipaparkan di atas, tentu timbul pertanyaan tentang mahasiswa ideal. Ketika kita berbicara tentang sosok mahasiswa ideal, tentunya kita tidak bisa lepas dari permasalahan akademik dan non-akademik. Hal itu sudah menjadi stigma di kalangan mahasiswa pada saat ini. Idealnya, mahasiswa yang baik adalah mahasiswa yang peka. Baik itu peka dengan lingkungannya, maupun dengan dirinya sendiri. Seorang mahasiswa biar bagaimanapun adalah seorang pembelajar yang punya tugas yang jelas untuk belajar di kampus. Itu perkara yang fundamental. Akan tetapi, peran seorang mahasiswa yang lebih urgen adalah sebagai orang yang akan meneruskan tampuk kepemimpinan di negara ini. Sebagai kaum intelektual, mahasiswa harus benar-benar mempersiapkan diri dan mengupgrade kapasitasnya untuk masa depan. Untuk itu, mahasiswa pun harus peka dengan lingkungannya berada, dan hal ini tidak akan bisa lepas dari pemerintah. Ya, karena dalam menjalani kehidupan bernegara kita tidak bisa lepas dari kebijakan pemerintah. Dan di sinilah peran mahasiswa, sebagai kaum yang akan mengawal kebijakan dari pemerintah, sebagai kritikus pembela kepentingan rakyat. Tak perlu malu untuk mengakui bahwa kinerja pemerintahan kita saat ini masih belum mencapai kata memuaskan. Bahkan korupsi masih merajalela, masih banyak rakyat yang tidak sejahtera, dan belum meratanya kebermanfaatan pemerintah untuk rakyat. Untuk itu, mahasiswalah yang harus bergerak sebagai representasi dari rakyat, sebagai garda terdepan yang akan menyuarakan aspirasi rakyat Indonesia.
Akhirnya, kita selayaknya menyadari siapakah mahasiswa itu sebenarnya, apa peranannya untuk negara, dan mengapa kita harus menjalani peranan itu. Dahulu, Taufiq Ismail pernah berpesan pada kita, mahasiswa, “turunlah kalian ke jalan untuk berdemonstrasi, karena sesungguhnya tindakan itu adalah untuk menyempurnakan demokrasi”.

#mengambil tulisan lamaku..
Di tengah padatnya jadwal,
LIMUNY LOUNGE, 08:57 pm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar