Minggu, 02 Maret 2014

Hidup tanpa masalah? MIMPI!

"Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan"

Pernahkah kau merasa begitu tertekan dengan berbagai persoalan yang menghimpit?
Pernahkah kau merasa menjadi orang yang paling menderita di dunia karena berjuta masalah yang tak kunjung usai?
Pernahkah kau merasa bahkan 24 jam yang Allah berikan masih sangat kurang untuk menyelesaikan tuntutan duniawi yang senantiasa menghampiri?

Masalah adalah satu keniscayaan yang akan dirasakan oleh setiap insan. Entah mereka bergerak atau tidak, mereka pasti menemui permasalahan. Hanya memang, bobot persoalannya akan berbeda. Pernah ada seseorang yang berdiskusi dengan saya, beliau mengatakan bahwa besar kecilnya permasalahan akan berbanding lurus dengan kualitas diri kita. Semakin besar kapasitas yang dimiliki seseorang, maka persoalan yang dihadapinya akan semakin kompleks. Pun sebaliknya. Maka, berbaik sangka merupakan langkah awal yang bisa ditempuh dalam rangka menyelesaikan permasalahan.
Disadari atau tidak, masalah sesungguhnya berkaitan erat dengan bagaimana kita mempersepsikan masalah itu sendiri. Tidak sedikit orang yang kemudian terjebak dalam persepsinya sendiri terhadap masalah yang dia hadapi hingga akhirnya sikap yang lahir pun sesuai dengan persepsi itu. Parahnya, manusia lebih mudah untuk membangun persepsi negatif dari pada positif. Katakanlah kita ingin untuk belajar menyetir mobil. Maka apa yang pertama kali terlintas di pikiran anda? sebagian orang mengatakan bahwa yang terlintas pertama kali adalah kecelakan, tilang, dan lain sebagainya yang lebih berkonotasi negatif. Faktanya, banyak orang berkata demikian. Itu tentang persepsi.
Kita kembali pada bab 'masalah'. Sampai saat ini, saya selalu mempercayai bahwa masalah adalah bagian dari cara Allah meningkatkan kapasitas diri kita. Semakin besar masalah yang kita hadapi, maka semakin tinggi kelas kita setelahnya apabila masalah itu berhasil kita lalui dan pecahkan. Adakah orang yang tidak bisa melaluinya? jelas ada. Dan rata-rata, mereka adalah orang yang ternyata dikalahkan oleh persepsi negatif yang terbangun dalam benaknya ketika dihadapkan pada permasalahan. Mereka yang merasa kecil dihadapan persoalan, dan merasa menjadi orang yang paling menderita sedunia karena persoalan itu. Padahal, ketika kita merelakan waktu sedikit untuk menengok pada lembar sejarah, kita akan bertemu dengan referensi yang harusnya membuat kita malu. Bagaimana para pendahulu kita melewati masalah yang mungkin lebih banyak, lebih rumit, dan lebih besar dari yang kita hadapi. Tapi mereka bertahan, dan mereka menjadi pemenang. Maka seperti kata Rendra, bahwa senang dan sedih itu semua orang merasakannya, maka biasa saja.
Allah pun sudah menjanjikan bahwa setelah kesulitan yang kita hadapi, akan ada kemudahan yang mendatangi. Bahkan Allah mengulang janji itu sebagai bentuk penegasan (persepsi penulis) bahwa kesulitan dan kemudahan adalah satu paket dinamika hidup yang Allah sediakan untuk hamba-Nya sebagai manifestasi cinta pada kita. Setiap permasalahan pasti ada solusi untuk memecahkannya, tugas kita adalah menemukan itu. Maka yakin saja pada janji-Nya, kalahkan persepsi negatif dari dalam diri kita sendiri, dan berbuatlah, karena masalah tidak akan selesai begitu saja jika kita hanya diam. Berjuang saja untuk menyelesaikan persoalan, karena itu domain kita. Selanjutnya biar Allah yang menilai dan menentukan hasil karena itulah yang menjadi domain-Nya.

1 komentar:

  1. Kata dosen psikologi pendidikan saya "kebahagiaan itu ada di balik masalah". :)

    BalasHapus