Rabu, 19 Februari 2014

Sebuah Lembar Sejarah Baru

Sebuah tulisan di hari lain yang bercerita tentang kemarin. Malam ini terasa begitu dinamis hingga bahkan aku dikalahkan oleh situasi, dan mau tidak mau aku harus menunda sedikit hasratku untuk kembali berkisah tentang beberapa peristiwa. Ya, menulislah, dan kau akan dikenang oleh sejarah. Pun yang terjadi dengan hari ini, di mana sejarah itu telah siap untuk menuliskan kisah kepahlawanan dari segelintir orang yang berada di dalam kerumunan, yang kemudian kerumunan orang itu bertitah pada jiwanya untuk menjadi pemangku amanah, pelayan masyarakat yang setia. Ini tentang temu perdana Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta 2014, walaupun pada hakikatnya kami sudah bergerak lebih dahulu sebelum ini, ketika Tuhan memberikan cobaan untuk bangsa Indonesia dengan sedikit sentuhan-Nya yang kemudian membuat gunung kelud terbatuk. Aku meyakini ada hikmah dibalik semua peristiwa, dan hikmah yang bisa ku ambil untuk lembaga ini adalah bagaimana Tuhan begitu murah hati untuk membantuku dalam melihat seberapa besar semangat berkontribusi dari pengurus yang baru, serta mensolidkan tim ini dengan cara yang begitu efektif.
Sekitar 70 orang lebih berkumpul dalam satu ruangan yang kental dengan nuansa sejarah yang dibawa oleh para pendahulu kami, dan kini kami mempertegas eksistensi kami dalam sejarah peradaban kampus ini, di tempat ini, sebagai tempat awal kami menjejak. Aula Fakultas Teknik itu menjadi saksi atas usaha sadar kami untuk menyamakan frekuensi, menyatukan langkah, dalam rangka berkontribusi bagi kampus tercinta. Ice Breaking, perkenalan, pemaparan visi misi, hingga framing tentang tugas, fungsi, dan wewenang kami dalam menjalani amanah di tempat yang baru ini. Ya, mayoritas orang yang bergabung bukanlah orang yang berada di sini sebelumnya. Aku berprasangka bahwa mereka adalah orang-orang yang punya semangat belajar tinggi, dan gagasan besar yang ingin diimplementasikan di kampus.

Seperti kata orang, “Life is your own choice, so just be brave to decide and action.” Pada akhirnya kita lah yang akan menentukan jadi apa kita, dan akan bagaimana kita. Adalah suatu kewajaran ketika sebuah persepsi muncul di awal perjumpaan, entah itu positif atau pun negatif. Hanya saja, mencoba untuk tidak terperangkap dalam persepsi negatif yang kemudian hanya mematikan produktifitas menjadi lebih utama untuk kita lakukan. Setiap pilihan pasti mengandung konsekuensi logis. Sadarilah dan hadapilah, maka kita akan mendapati diri sebagai orang yang bersabar dan berbaiksangka terhadap takdir-Nya. Jangan pernah menjadi orang yang dikalahkan persepsi, perangilah dan jadilah pemenang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar