Sebuah
tulisan di hari lain yang bercerita tentang kemarin. Malam ini terasa begitu
dinamis hingga bahkan aku dikalahkan oleh situasi, dan mau tidak mau aku harus
menunda sedikit hasratku untuk kembali berkisah tentang beberapa peristiwa. Ya,
menulislah, dan kau akan dikenang oleh sejarah. Pun yang terjadi dengan hari
ini, di mana sejarah itu telah siap untuk menuliskan kisah kepahlawanan dari
segelintir orang yang berada di dalam kerumunan, yang kemudian kerumunan orang
itu bertitah pada jiwanya untuk menjadi pemangku amanah, pelayan masyarakat
yang setia. Ini tentang temu perdana Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga
Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta 2014, walaupun pada hakikatnya kami
sudah bergerak lebih dahulu sebelum ini, ketika Tuhan memberikan cobaan untuk
bangsa Indonesia dengan sedikit sentuhan-Nya yang kemudian membuat gunung kelud
terbatuk. Aku meyakini ada hikmah dibalik semua peristiwa, dan hikmah yang bisa
ku ambil untuk lembaga ini adalah bagaimana Tuhan begitu murah hati untuk
membantuku dalam melihat seberapa besar semangat berkontribusi dari pengurus
yang baru, serta mensolidkan tim ini dengan cara yang begitu efektif.
Sekitar
70 orang lebih berkumpul dalam satu ruangan yang kental dengan nuansa sejarah
yang dibawa oleh para pendahulu kami, dan kini kami mempertegas eksistensi kami
dalam sejarah peradaban kampus ini, di tempat ini, sebagai tempat awal kami
menjejak. Aula Fakultas Teknik itu menjadi saksi atas usaha sadar kami untuk
menyamakan frekuensi, menyatukan langkah, dalam rangka berkontribusi bagi
kampus tercinta. Ice Breaking,
perkenalan, pemaparan visi misi, hingga framing
tentang tugas, fungsi, dan wewenang kami dalam menjalani amanah di tempat yang
baru ini. Ya, mayoritas orang yang bergabung bukanlah orang yang berada di sini
sebelumnya. Aku berprasangka bahwa mereka adalah orang-orang yang punya
semangat belajar tinggi, dan gagasan besar yang ingin diimplementasikan di
kampus.
Seperti
kata orang, “Life is your own choice, so
just be brave to decide and action.” Pada akhirnya kita lah yang akan
menentukan jadi apa kita, dan akan bagaimana kita. Adalah suatu kewajaran
ketika sebuah persepsi muncul di awal perjumpaan, entah itu positif atau pun negatif.
Hanya saja, mencoba untuk tidak terperangkap dalam persepsi negatif yang
kemudian hanya mematikan produktifitas menjadi lebih utama untuk kita lakukan.
Setiap pilihan pasti mengandung konsekuensi logis. Sadarilah dan hadapilah,
maka kita akan mendapati diri sebagai orang yang bersabar dan berbaiksangka
terhadap takdir-Nya. Jangan pernah menjadi orang yang dikalahkan persepsi,
perangilah dan jadilah pemenang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar